Hendra EG "BAMaker" #BangkitMaju #BAMovement

Inspirator #BangkitMaju yang sarat pengalaman lapangan. Lantang berbicara, sebagai perpaduan akademisi dan praktisi. Menginspirasi dari kisah nyata kehidupan pribadinya. Hendra EG "BAMaker" siap membangunkan anda untuk BANGKIT dan MAJU menjadi lebih baik. Follow @HendraEG

Membangun Eskalasi Gerakan: Progresif Berkelanjutan (Bagian 2)

Kajian Isu yang Komprehensif

Setelah menentukan isu yang akan diangkat, maka tugas selanjutnya adalah menangkaji isu tersebut sehingga dapat terlihat duduk perkara yang sebenarnya. Setelah isu menjadi jelas, maka kita akan lebih mudah untuk mencari solusi dari sebuah isu. Kajian bukanlah hal yang mudah. Tahap inilah yang biasanya menjadi kelemahan dalam sebuah gerakan, khususnya gerakan mahasiswa. Banyak keterbatasan pada mahasiswa, diantaranya keterbatasan keilmuan, dan informasi. Namun, ditengah keterbatasan yang ada, kita harus tetap mengkaji seoptimal mungkin isu yang ada. Jangan sampai gerakan kita menjadi gerakan yang asbun, tanpa ada kajian yang komprehensif. Berikut tahap-tahap yang bisa dilakukan dalam melakukan kajian, diantaranya:

  1. Kuasai informasi sebanyak minggu. Buat kliping media, kumpulkan informasi layaknya Bank data. Kumpulkan informasi dari sumber-sumber terpercaya.
  2. Lakukan diskusi internal atau brainstorming. Setiap peserta diskusi berhak mengeluarkan pendapatnya tanpa harus disaring diawal, biarkan semua pandangan keluar dari masing-masing peserta diskusi. Pendapat diharapkan berdasarkan data, tidak hanya sekedar pendapat pribadi. Setelah semua berpendapat, pilah dan kerucutkan isu menjadi lebih relevan dengan sasaran kedepan.
  3. Hubungi dan lakukan kunjungan pakar atau tokoh yang kompeten pada isu yang kita angkat. Pertanyaan-pertanyaan yang keluar pada saat proses diskusi internal berlangsung, dapat ditanyakan disana.
  4. Setelah dirasa sudah matang, hasil kajian dapat disampaikan ke instansi atau pihak yang terkait dengan isu. Sampaikan duduk perkara sesuai dengan hasil kajian yang kita buat. Sampaikan pula tuntutan mahasiswa terhadap isu tersebut. Selain itu, kita juga dapat membandingkan data yang kita dapat dengan data dari instansi terkait. Berpikilah untuk mencari solusi bersama atas isu yang ada.
  5. Buatlah time line gerakan. List momentum yang dapat digunakan untuk memboomingkan isu, jika memungkinkan kita dapat membuat momentum kita sendiri.
  6. Tentukan tahapan-tahapan dan parameter kesuksesan pada setiap tahapan.
  7. Pantau terus perkembangan isu, mulai dari pemberitaan di media maupun opini yang terbentuk dimasyarakat.
  8. Evaluasi secara berkala. Inventarisasi faktor keberhasilan dan kegagalannya.
  9. Banyak isu yang bersifat jangka panjang, maka pewarisan pergerakan sangatlah penting. Pastikan dokumentasi kajian tersimpan dengan baik dan dapat diwariskan ke generasi setelahnya.

Bangun Jaringan dan aliansi

Membangun jaringan dalam sebuah gerakan adalah keharusan. Kita tidak dapat membangun gerakan yang massif tanpa keterlibatan dari elemen lain. Tentunya elemen yang memiliki kesamaan visi gerakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun jaringan, antara lain:

  1. Bergaul dengan banyak orang dan berbagai macam elemen gerakan. Hadiri undangan pertemuan mereka. Dengan kehadiran kita, mereka akan merasa dihargai, maka pada kesempatan lain mereka pun akan lebih menghargai kita.
  2. Jadilah pendengar yang baik. Simpanlah hal-hal atau pemikiran-pemikiran yang mereka sampaikan ke kita, terlapas kita setuju atau tidak terhadap pemikiran mereka. Jadikan pemikiran-pemikiran tersebut sebagai penambah wawasan berpikir kita.
  3. Simpan kartu nama, No HP atau alamat orang-orang yang kita kenal dan anggap penting, suatu saat nanti kita akan membutuhkan bantuan mereka. Bangun hubungan yang natural. Tanyakan kabar walau hanya via pesan singkat (SMS). Jangan sampai terbangun kesan, kita hanya berhubungan disaat kita butuh dengan mereka. Beri pujian sewajarnya, tidak menjadi penjilat. Sedikit kritik membangun yang disampaikan dengan baik, akan semakin memperkuat hubungan jaringan yang ada.

Semakin banyak elemen yang bergerak bersama dengan visi dan tujuan yang sama, maka akan semakin besar daya dobrak gerakan dalam menggoalkan isu. Disinilah fungsinya beraliansi, agar kekuatan gerakan semakin besar dan massif. Aliansi dapat dibangun karena elemen-elemen gerakan memiliki visi gerakan yang sama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun aliansi, sebagai berikut:

  1. Pastikan terdapat kesamaan visi, isu dan tujuan elemen yang tergabung aliansi. Bangun kesepakatan-kesepakatan strategis diawal aliansi. Jika terjadi perselisihan dikemudian hari, kembalikan kepada kesepakatan-kesepakatan yang dibuat diawal.
  2. Pahami cara berpikir setiap elemen, sehingga kita dapat memilah dan memilih persamaan dan perbedaan antara gerakan kita dengan gerakan lain. Perlu diingat, beraliansi bukan berarti membuat organisasi baru, dimana terdapat peraturan kaku seperti AD dan ART yang mengatur anggotanya. Aliansi hanya bersepakat atas beberapa kepentingan yang dianggap sama, jika dirasa sudah tidak sama, maka aliansi bisa dibubarkan kapan saja. Pahami kaidah,”Tidak ada kawan sejati, tidak ada lawan abadi, yang ada hanya kepentingan”.
  3. Kadangkala ada toleransi-toleransi yang harus diberikan dalam membangun aliansi selama hal tersebut tidak menyangkut idealism, prinsip dan nilai gerakan.

Kuasai Media, Bentuk Opini Publik

Media bagaikan pelita di tengah kegelapan masyarakat. Ketika masyarakat tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, media merupakan salah satu faktor utama yang dapat memperkuat, memperlemah, dan bahkan membentuk norma baru di masyarakat. Malcolm X, tokoh anti rasisme kaum Afrika-Amerika yang ketokohannya dapat disandingkan dengan Dr. Martin Luther King, melihat media sebagai entiti terkuat di muka bumi. Menurutnya media mempunyai kekuatan untuk membuat apa yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar, karena media dapat mengontrol pikiran massa. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat.

Tidak aneh jika calon kepala daearah atau pemimpin negeri ini bersedia merogoh kocek mereka dalam-dalam hanya untuk menokohkan diri mereka di media. Mereka bagaikan artis yang setiap saatnya muncul diberbagai media yang ada, baik media masa maupun elektronik. Karena alasan itu pula, banyak partai politik pemburu suara (vote seeking) atau yang biasa dikenal dengan tipe catch-all party, menarik tokoh dan artis terkenal guna bergabung dan menjadi bagian dari partai. Dengan demikian mereka akan mendapatkan suara tanpa harus banyak mngeluarkan biaya untuk melakukan pencitraan partai. Karena pengaruh media pula, publik melihat Sukarno sebagai seorang pemimpin besar Indonesia. Lewat radio pada saat itu, Sukarno berhasil membangun citra pemimpin kharismatik di masyarakat Indonesia, walaupun sebagian masyarakat mengetahui bahwa dalam prakteknya, Sukarno adalah pemimpin yang otoriter. Namun sekali lagi, peran media telah menggeser opini publik terhadap citra Sukarno dari seorang pemimpin diktator menjadi pemimpin yang kharismatik dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Benar kata Hitler,”Kebenaran yang diucapkan terus-menerus akan mengalahkan kebatilan yang sekali diucapkan. Kebatilan yang diucapkan terus-menerus akan mengalahkan kebenaran yang hanya diucapkan sekali”.

Peran media yang begitu strategis seharusnya dapat dilirik para aktivis gerakan dalam melakukan gerakannya. Gerakan mahasiswa sebagai sebuah konstruksi realitas sosial ditengah masyarakat, mengharuskan gerakan ini dapat membangun opini masyarakat terhadap suatu isu. Sehingga dapat memberikan rasa resah yang sama di tengah masyarakat dan pada akhirnya dapat bersama-sama masyarakat melakukan gerakan yang massif. Gerakan Mahasiswa angkatan 66 dan Reformasi 98 sebagai salah satu contoh dimana gerakan mahasiswa dapat membentuk opini yang sama bahwa Sukarno dan Suharto adalah pemimpin yang harus diturunkan pada waktu itu. Mahasiswa dan masayarakat bersatu padu. Memiliki keresahan dan musuh yang sama, yaitu rezim orde lama dan baru.

Namun, perlu diingat, opini tidak begitu saja terbangun. Seberapa gencar pun kita menggunakan media dalam mempengaruhi publik, disaat kredibilitas kita dipertanyakan, maka publik hanya akan menjadikan pemberitaan itu menjadi angin lalu. Publik akan melihat seberapa besar kontribusi nyata gerakan kita dalam mengatasi permasalah meraka dilapangan. Inilah pentingnya gerakan horizontal. Gerakan horizontal seringkali terlupakan dalam sebuah konsep gerakan, padahal gerakan horizontal menjadi support system yang sangat penting dalam membentuk opini dan memperoleh dukungan dari publik.

Pers, Pahami dan Bangun Relasi

Pada Negara transisi menuju Demokrasi, pers merupakan salah satu variable penting yang menentukan apakah transisi itu berhasil atau justru gagal dan kembali ke masa otoritarian. Pers adalah penyeimbang. Ketika pers hanya diam, takut terhadap penguasa dan lebih cenderung memenuhi kepentingan pragmatis jangka pendeknya, maka bisa dipastikan transisi akan gagal, terjadi ketimpangan, penguasa akan merasa bebas bertindak seenak mereka. Tetapi apabila pers berani, anti suap dan maju menjadi penyeimbang dan pemantau pemerintahan, maka kemungkinan kesewenang-wenangan penguasa akan semakin dapat diminimalisir.

Pada realitanya, pers juga memiliki kepentingan, bisa kepentingan bisnis, ideologis, politis, atau lainnya. Pengaruh pemilik modal sangat dominan pada setiap pemberitaan yang diluncurkan pers. Terlepas dari hal tersebut, pers adalah kawan yang harus didekati, diajak dan dihargai. Bangun relasi gerakan, baik dengan institusi ataupun dengan personal wartawannya. Relasi dengan institusi pers dapat dilakukan secara formal kelembagaan, misalnya: kunjungan, diskusi, partnership atau sponshorship kegiatan. Sedangkan relasi dengan personal wartawannya lebih bersifat pribadi dan sangat personal. Relasi yang personal ini biasanya lebih strategis dalam rangka mengikutsertakan pers dalam agenda-agenda gerakan. Oleh sebab itu, dalam dunia gerakan, kedekatan kita dengan pers sangat mempengaruhi keterlibatan pers dalam mendukung dan memberitakan setiap aktivitas dari gerakan. Wartawan yang sangat strategis untuk dijalin relasinya adalah wartawan peliputan. Aktivitas gerakan akan tersosialisasikan dengan baik ke publik manakala diliput oleh wartawan peliputan, dan kemudian dimuat dimedia wartawan yang bersangkutan. Selain itu, bangun relasi dengan pimpinan media atau pemimpin redaksi, karena mereka punya otoritas dalam menentukan mainstream isu di media. Kiat praktis membangun relasi dengan pers, sebagai berikut:

  1. Buatlah data base yang mencakup nama pers, nama media, alamat media, No HP, nomor telepon media, dan fax. Jikalau memungkinkan, minta juga data base pimpinan redaksi media tempat mereka bekerja.
  2. Informasikan setiap aktivitas gerakan dan meminta masukan, dengan begitu mereka akan merasa dihargai dan terlibat dalam setiap gerakan kita.
  3. Bangun hubungan secara berkala, sekedar menyapa, silaturahim atau bertanya kabar, ini akan sangat berkesan dan simpatik. Jangan menghubungi wartawan hanya jika sedang butuh peliputan, ini akan mengesankan gerakan hanya memanfaatkan pers, tidak take and give.
  4. Lakukan kunjungan ke kantor-kantor pers untuk sharing, tukar pendapat atau berdiskusi.
  5. Tokoh gerakan harus siap diwawancarai oleh pers. Jangan pelit, sok sibuk, atau jual mahal, hargai setiap tawaran dari pers. Apabila ingin menolak, menolak dengan baik dan hikmah.
  6. Hargai pers, jangan pernah membuat mereka kecewa. Tepati janji-janji kita ke mereka. Jangan menyinggung perasaan mereka.

Artikulasi Gerakan

Artikulasi gerakan diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya untuk mencapai tujuan pengangkatan sebuah isu. Artikulasi gerakan harus disesuaikan dengan tujuan dari pengangkatan isu tersebut. Sejauh mana isu akan dibawa ke ranah publik. Beberapa pilihan artikulasi gerakan yang dapat dilakukan, diantaranya:

  1. Diskusi Publik. Diskusi publik dapat dilakukan dalam rangka melempar isu ke publik yang terbatas atau sekedar ingin memperkaya hasil kajian. Undanglah elemen gerakan lain dan pihak terkait lainnya, baik yang pro atau yang kontra dengan isu yang kita angkat. Dari diskusi publik ini kita akan mendapatkan pandangan-pandangan baru seputar isu, pandangan-pandangan tersebut akan semakin memperkaya wawasan kita seputar isu, sekaligus mencerdaskan audiens yang hadir.
  2. Pernyataan sikap lewat pers. Pernyataan sikap ini merupakan langkah final dalam fase kajian. Pada tahap ini kita sudah yakin dengan menyatakan sikap atas suatu isu. Sikap ini dikeluarkan dari hasil kajian komprehensif yang telah dilakukan.
  3. Audiensi ke lembaga atau instansi terkait.
  4. Propaganda media, dapat melalui selebaran atau social media pada dunia maya.
  5. Aksi masa atau demonstrasi.

Membangun gerakan adalah proses, setiap bagian menjadi penting untuk dilakukan. Bagian-bagian yang dijelaskan di atas akan semakin menguatkan pergerakan, sehingga akan terjadi eskalasi pergerakan yang diharapkan. Bagian tersebut bisa jadi tidak berlangsung secara runut, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

 

Daftar Pustaka

Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hendra Etri Gunawan

Kordinator BEM se Bogor 2010.

Direktur Eksekutif Institute for Regional Investment and Development Studies (IRIDS)

6 comments on “Membangun Eskalasi Gerakan: Progresif Berkelanjutan (Bagian 2)

  1. Anonim
    26/07/2011

    Mantap Bang EG….
    cm ada beberapa saalak tik yang perlu di perbaiki.
    salam Indonesia Sejahtera!

    • Hendra EG
      28/07/2011

      Siip.. Makasi Bro.. Maklum, itu belum di edit2, lagi banyak kerjaan kantor.. 🙂

  2. Rahmat Riyadi
    26/07/2011

    T.O.P kang…. semangat mebangun bangsa…menuju sejahtera..

  3. alrisblog
    16/02/2012

    mantap kang. lanjutkan
    salam kenal

Tinggalkan Balasan ke Hendra EG Batalkan balasan

Information

This entry was posted on 25/07/2011 by in Gerakan Mahasiswa, Opini and tagged , , , , .

KATEGORI

ARSIP

BLOG STATS

  • 19.564 hits